Otospeed.id – Pemalang. Ungkapan kata bijak terurai dengan sempurna jika kita selalu berfikir positif, menghadapi problematika kehidupan. Beragam badai telah dilalui bijak, meskipun terpaksa mengingkari hati nurani, yang kadang justru berjalan mulus. Karma baik selama ini, yang justru menjadi perisai Sang Pangeran, kala seteru dihadapkan prinsip hidup.
Nafas dan hembusan telegram lantas membawa Sambarani, menghantar Sang Pangeran ke “Purwa”, untuk mencari petunjuk dalam mengarungi kehidupan. Berada tepat di tanah leluhur Eyang Sanggramawijaya, dalam pangkuan Nyai, Sang Pangeran seolah menemukan serpihan yang hilang.
Berada di “Purwa” sejenak melupakan pekatnya debu dan bising knalpot racing di sirkuit motocross langsung ditinggalkan dalam senyap. Prosesi napak tilas spiritual ini, sejatinya tak lain untuk menata kehidupan lebih balans, di tengah ujian dan alamat palsu. Khusuk bersimpuh dengan lantunan Jawadwipa, Pangeran Nurhikmah Putra Jaya itu, menyampaikan kerinduanya dari relung hati.
Menyampirkan beban pikiran, mengurai tuntunan dalam keheningan, ada puasa ada lebaran itu pasti, kini mulai menampakan titik terang, melalui simbol kembang. “Cukup satu atau tidak sama sekali !”. Benarkah terkorelasi menyangkut soal Gayatri ?.
Begitu “wisik” yang tersirat, sampai menguji keiklasan dan kesabaran titik nadir Sang Pangeran. Termenung diam seribu bahasa, Sang Pangeran berontak dalam batin, berusaha interaksi menyampaikan nego. Soal satu ini, “Sang Pangeran ingin memendam rapat di lubuk hati”.
Panuntun ini lantas menjadi trigger instrospeksi, yang telah diurai di awal reinkarnasi. Kualifikasi pasangan hidup dan memperjuangkan karier dalam bisnis ini, yang ironisnya bertolak belakang. Ya sudahlah, anggap saja ini bagian handicap sirkuit motocross paling sulit, sebut saja triple jump.
Kalau ditebas langsung cukup beresiko, misal dihajar “lempeng”, pasti kena libas. “Saya harus adaptasi, reseting suspensi dan remap ECU,” jelas Sang Pangeran memberi ilustrasi. Tapi, kabar baiknya, Kemurahan hati Eyang, tetap memberi kesejukan, hingga mental juara Sang Pangeran terbangun kembali.
Kenyataannya justru kian memperjelas hitam putih dalam bisnis yang dilalui oleh crosser ExPro itu. Selaras, mekar dan berkembangnya “168 Otomotif Indonesia”, yang terus memicu para sekutu berkerut dahi. Derasnya arus dan atraktifnya sifat sesama umat ini, dinilai Sang Pangeran, menjadi biang kencangnya angin saat pohon berkembang.
Dalam rupa bias kharomah dan kedigdayaan, justru kian memperjelas hitam putih,
“Saat ini, saya cukup menyirami dan memupuknya, biar akarnya kuat mencengkeram,” lirih Sang Pangeran pasrah. Pingin murka”, tapi ketulusan hati terus melawan, memang berat membawa gelar Sanggramawijaya.
Di satu sisi, papan, sandang dan pangan adipati, harus dirupakan untuk kebaikan, pada proses perjuangan membangun “168 Otomotif Indonesia”, semakin jaya dan sukses usahanya. |OS,Foto:Istimewa